Selasa, 12 Juni 2012

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PENTUAN PERSEN LEMAK BEBAS DAN FFA



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENTUAN PERSEN LEMAK BEBAS DAN FFA


 





OLEH
KELOMPOK 1
KELAS :  AGROTEKNOLOGI B
NAMA  :  1.  YEHEYBELD IVANI SIAHAAN       D1A010089
                  2.  SUMARTA DINATA                            D1A010073
                  3.  DWI SUNU PERMATAHATI              D1A010065
                  4.  BINTANG SITORUS                            D1A010047
                  5.  RD. YULI HARDIANSYAH               D1A010059

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.    TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan persen lemak bebas dan FFA dalam sampel.

B.   PRINSIP TEORI
Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagikehidupan makhluk hidup.Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalahdaya larutnya dalam pelarut organik (misalnyaether, benzene, chloroform) atausebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air.Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkanstruktur kimia tertentu.a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ).b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ).c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ).d. Sterol-sterol dan steroida.e. Karotenoida.f. Kelompok lipida lain.Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringanhewan dan tumbuhan.Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnyatergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapakilogram.Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewandan tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuhmanusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipidaseluruhnya.Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanyadalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram.Dalam jaringantanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak.
Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapatlarut dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar.Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakanbagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasilkondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak.Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak:1. EsterifikasiProses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas daritrigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yangdidasarkan pada prinsip trans-esterifikasi.
Yang termasuk golongan zat warna alamiah, ini adalah zat warna yangterdapat secara alamiah didalam kelapa Sawit, dan ikut terekstraksi bersamaminyak pada proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α-ka-roten, β-karoten, xanthopil, kloropil dan antosianin.Zat- zat warna tersebutmenyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dankemerah - merahan.Pigmen berwarna kuning disebabkan oleh karoten yang larutdidalam minyak. Karoten merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh, danjika minyak dihidrogenasi, maka karoten tersebut juga berikut terhidrogenasisehingga intensitas warna kuning berkurang (6).Karetonoid bersifat tidak stabil pada asam (5,9), dan suhu tinggi dan jikaminyak dialiri uap panas, maka Warna kuning akan hilang, dan karetonoid jugabersifat asseptor proton (5).
 Analisa mutu minyak kelapa sawit mentah (CPO) diperlukan untuk menyamakan standar mutu minyak kelapa sawit yang diproduksi di Indonesiadengan standar mutu CPO internasional. Crude Palm Oil yang tidak memenuhistandar mutu internasional akan sulit bersaing di pasaran dunia. Mutu1234WarnaKadar air dan kotoranAsam lemak bebas(sebagai asam palmitat)Bilangan yodium-% fraksi massa% fraksi massag Iod/100 gJingga kemerah-merahan0,5 maks0,5 maks50 – 55Untuk menentukan apakah mutu minyak itu termasuk baik atau tidak diperlukan standar mutu. Ada beberapa faktor yang menentukan standard mutuyaitu: kandungan air dan kotoran dalam minyak kandungan Asam lemak bebas(ALB), warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dansupreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.



BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A.    ALAT  DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah bahan minyak hasil permentasi dengan getah papaya,  fenophelin, alkohol, dengan menggunakan alat gelas piala, gelas Erlenmeyer, pipet tetes, gelas ukur, biuret, dan air.

B.     PROSEDUR KERJA
1.      Diambil 20 gr minyak dari sampel percobaan.
2.      Ke dalam Erlenmeyer dimasukkan 50 ml alkohol, fenophelin 40 tetes, dan minyak yang  telah ditimbang sebanyak 20 gr.
3.      Dilakukan titrasi dengan air. Diamati sampai berubah warna merah muda.
4.      Kadar NaOH ditentukan dengan dilihatnya volume akhir air setelah di titrasi.
5.      Setelah kadar NAOHditentukan, dicari kadar FFA dengan menggunakan rumus yang ada.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   HASIL PENGAMATAN
1.      Penentuan Warna
Penentuan warna merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahuisifat fisik sampel secara visualisasi maupun pengukuran menggunakan alat.Penentuan warna dengan teknik visualisasi kasat mata dapat ditentukan dengancara memastikan apakah minyak tersebut berwarna jingga kemerah-merahan sesuai dengan standarnya. Tetapi warna minyak murni yang dihasilkan adalah berwarna bening keruh.
2.      Penentuan Kadar FFA dalam minyak
Setelah dilakukan titrasi, diperoleh hasil sebagai berikut:
% FFA =   x 100 %

-          Persen FFA Untuk Papain 24 tetes
% FFA =   x 100 %

% FFA =  x 100 %

% FFA = 36 %







-          Persen FFA untuk Papain 72 tetes
% FFA =   x 100 %

% FFA =  x 100 %

% FFA = 12,96 %

-          Persen FFA untuk Papain 96 tetes
% FFA =   x 100 %

% FFA =  x 100 %

% FFA = 16,56 %

-          Persen FFA untuk Papain 120 tetes
% FFA =   x 100 %

% FFA =  x 100 %

% FFA = 28,8 %
Untuk papain 48 tetes dan 144 tetes tidak berhasil dilakukan titrasi.

B.   PEMBAHASAN
Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sample. Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam sample semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Sample yang dipergunakan pada saat praktikum ditimbang dalam keadaan cair, sehingga sample terlebih dahulu dicairkan, proses pencairan dilakukan untuk mempermudah proses titrasi selanjutnya, karena apabila sample dalam keadaan padat akan menyulitkan proses titrasi selanjutnya. Dengan pengecilan ukuran, maka asam lemak yang terkandung dalam bahan akan lebih banyak keluar daripada sample dalam keadaan padat.
Penentuan kadar asam lemak bebas ini dilakukan 4 kali, Sample yang digunakan dalam penentuan kadar asam lemak bebas tersebut adalah 20 gram per sample.
Setelah proses penimbangan selesai, proses selanjutnya adalah penambahan pelarut. Pelarut yang dipergunakan dalam praktikum penentuan kadar asam lemak bebas adalah alkohol, alkohol yang dipergunakan harus dalam kondisi panas dan netral. Dalam kondisi yang panas alkohol akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel yang juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar-benar tepat. Jika kondisi alkohol yang dipergunakan tidak netral, maka hasil titrasi asam-basa menjadi tidak sesuai atau salah. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan dengan menggunakan penangas air, hal ini dilakukan karena titik didih alkohol lebih rendah daripada air. Proses penetralan alkohol dilakukan dengan tes kualitatif menggunakan indikator pH universal.
Pada titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N dan indikator yang dipakai adalah Phenolphtalein (PP), saat penambahan PP larutan berubah warna menjadi merah muda, padahal seharusnya larutan tidak berwarna, hal ini disebabkan terjadi kesalahan, yaitu alkohol yang dipergunakan dalam titrasi tidak dalam kondisi netral, hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh menjadi tidak benar dan jauh dari data yang kedua. NaOH 0,1 N sebelumnya sudah distandardisasi dengan menggunakan asam oksalat, titik akhir dari titirasi dicapai saat larutan berubah warna dari bening menjadi merah muda.
 Pada saat titrasi sample yang pertama volume titrasi sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan sample yang kedua, hal ini disebabkan kelalaian saat perubahan warna yang terjadi.
Untuk sample yang pertama, volume NaOH yang sudah dipergunakan adalah sebanyak 25 mL. Sedangkan untuk sample yang kedua volume NaOH yang dipergunakan adalah 9 ml, sampel yang ketiga 11,5 mL, dan sampel yang keempat 20 mL.
Hasil yangberjauhan ini menyebabkan nilai asam lemak bebas tidak dapat dirata-ratakan, akan tetapi meskipun datanya berselisih jauh kadar dari asam lemak bebas masih dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

% FFA =   x 100 %
Berdasarkan data praktikum dan perhitungan maka dapat diketahui nilai asam lemak bebas dalam sample yang pertama adalah sebesar 36 %. Sementara pada sampel kedua sebesar 12,96 %. Pada sample ketiga sebesar 16,56 %, dan pada sampel keempat 28,8 %. Dari data tersebut maka nilai perhitungan rata-rata tidak dapat dilakukan karena selisih sedua data cukup besar.Hal ini menyebabkan nilai asam lemak bebas yang sebenarnya tetap tidak diketahui. Kesalahan yang menyebabkan nilai asam lemak bebas menjadi tidak akurat salah satunya adalah dalam penetapan titik akhir, sehingga volume titrasi yang dipakai, dan titik akhir yang sebenarnya terlewat.

BAB IV
KESIMPULAN

Setelah dilakukan percobaan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Hasil perhitungan angka asam lemak bebas (FFA) yang dilakukan untuk sampel I (sebanyak 25 mL) adalah 36 %. Sementara sampel kedua (9 mL) adalah 12,96 %. Sample ketiga (11,5 mL) adalah 16,56 %, dan samle keempat (20 ml) adalah 28,8 %.
2.      Kesalahan yang terjadi mengakibatkan nilai asam lemak bebas yang sebenarnya tetap tidak diketahui, selisih nilai persentase yang berjauhan menyebabkan nilai tersebut tidak dapat dirata-rata.



Minggu, 10 Juni 2012

Laporan Praktikum Biokimia



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PENGARUH FERMIPAN DAN GETAH PEPAYA
DALAM PEMBENTUKAN MINYAK DARI SANTAN KELAPA


H:\simbol unja\Logo Unja Baru.jpg
 






OLEH
KELOMPOK 1
KELAS  :  AGROTEKNOLOGI B
NAMA   :  1.  YEHEYBELD IVANI SIAHAAN           D1A010089
                  2.  SUMARTA DINATA                              D1A010073
                  3.  DWI SUNU PERMATAHATI                D1A010065
                  4.  BINTANG SITORUS                             D1A010047
                  5.  RD. YULI HARDIANSYAH                   D1A010059


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011

BAB I
PENDAHULUAN

A.     TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
-         Untuk mengetahui pengaruh enzim papain dan fermipan dalam krim santan kelapa untuk menghasilkan minyak.
-         Untuk mengetahui volume dan mutu dari minyak yang dihasilkan.

B.     PRINSIP TEORI
Pohon kelapa memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, mulai dari organ batang, daun, buah, sampai akar. Selama ini, buah kelapa hanya diambil manfaatnya bagi sumber kepentingan sumber bahan makanan manusia. Pemanfaatan buah kelapa sebagai sumber bahan baku pembutan minyak kelapa murni merupakan temuan baru hasil olahan dari buah kelapa.
Sebagai katalisator, enzim didefenisikan sebagai suatu zat yang dapat mempercepat reaksi kimia tanpa ikut bereaksi dalam hasil reaksi. Pada umumnya, penggunaan enzim telah meluas pada industri pengolahan pangan, termasuk pengolahan minyak kelapa adalah enzim yang menghidrolisis makro molekul karbohidrat dan preotein (proteolitik). Salah satu dari enzim yang tergolong proteolitik ini adalah enzim papain, yang dapat diperoleh dari getah pepaya, dan fermipan.


BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.     ALAT DAN BAHAN
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.      Santan Kelapa 800 ml
2.      Fermipan 25,2 gr
3.      Getah pepaya 498 tetes (25,2 ml)

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1.      Delapan botol fanta berukuran 295 ml
2.      Plastik
3.      Karet pengikat
4.      Gelas piala
5.      Neraca analitik
6.      Pipet tetes
7.      Sentrifuge
8.      Botol inkubasi

B.     PROSEDUR KERJA
1.      Penyediaan krim santan kelapa
Tiga setengah kilogram kelapa parut segar tanpa dicampur dengan air diperas sehingga diperoleh santan kental.
2.      Penyediaan getah pepaya
Buah pepaya mudah ditoreh dengan alat tahan karat yang terlebih dahulu disterilkan, kemudian getah yang keluar ditambung sesuai dengan yang dibutuhkan.
3.      Penyediaan botol
Botol yang dibutuhkan adalah empat botol. Botol tersebut terlebih dahulu disterilkan dengan cara dipanaskan pada suhu 1000 C untuk menghindari objek berjamur. Kemudian dikeringkan.
4.      Penambahan fermipan pada santan
Kedalam empat botol yang telah disterilkan dituangkan masing-masing 200 ml santan. Kemudian ditimbang fermipan dengan menggunakan neraca analitik sebanyak 1,2 gr, 2,4 gr, 3,6 gr, 4,8 gr, 6 gr, dan 7,2 gr. Setelah fermipan ditimbang sesuai dengan yang dibutuhkan, fermipan tersebut dituangkan kedalam masing-masing botol sesuai dengan yang dibutuhkan. Masing-masing botol ditutup dengan menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet gelang. Setelah prosedur tersebut dilakukan, larutan tersebut digoncang – goncang guna mencampur fermipan dengan santan. Setelah digoncangkan, diberi label nama pada masing-masing botol. Tabung A untuk fermipan 1,2 gr, tabung B 2,4 gr, tabung C 3,6 gr fermifan. Untuk tabung keempat dijadikan sebagai kontrol yang hanya diisi 200 ml santan. Kemudian keempat botol tersebut diletakkan pada suhu ruang. Diamati perubahan yang ada selama 48 jam, 72 jam, dan 96 jam.
5.      Penambahan getah pepaya pada santan
Empat botol fanta botol E, botol F, botol G, botol H berukuran 295 ml masing – masing diisi 200 ml santan. Kedalam 200 ml santan pada tiap-tiap botol tersebut ditambahkan getah pepaya. Untuk botol E 96 tetes (4,8 ml), botol F 120 tetes (6 ml), botol G 144 tetes (7,2 ml), dan untuk botol I tidak diberi getah pepaya tetapi hanya diisi santan 200 ml sebagai kontrol. Kemudian, masing-masing botol ditutup dengan menggunakan plastik dan diikat dengan karet gelang. Tiap-tiap botol tersebut diguncangkan untuk mencampur getah pepaya dengan santan tersebut. Setelah santan dan getah pepaya di campur, diberikan label nama. Botol – botol tersebut diletakkan dalam inkubator pada suhu kamar. Diamati perubahan yang terjadi.
6.      Setelah prosedur 4 dan 5 dikerjakan, bersihkan semua peralatan yang digunakan selama melakukan percobaan.
7.      Dilakukan pengamatan pada botol yang telah diberi fermipan dan getah pepaya. Pada tiap-tiap botol diamati kapan objek tersebut dihasilkan minyak selama 48 jam, 72 jam, dan 96 jam. Diukur ketinggian glendo dan air.



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.     HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dengan suhu dan konsentrasi tertentu untuk fermipan ditunjukkan oleh tabel 1 dan untuk getah pepaya tabel 2.
Tabel 1. Data Pengamatan Campuran Fermipan dan Santan Kelapa
Waktu
Botol
Tinggi
48 Jam
A
Air = 7,3 cm


Glendo = 6 cm

B
Air = 6 cm


Glendo = 6,5 cm

C
Air = 6,7 cm


Glendo = 5,2 cm

Kontrol
Air = 8,5 cm


Glendo = 4,9 cm



72 Jam
A
Air = 7,5 cm


Glendo = 5,5 cm




B
Air = 6,6 cm


Glendo = 5,9 cm




C
Air = 7 cm


Glendo = 4,4 cm




Kontrol
Air = 9 cm


Glendo = 5 cm



96 Jam
A
Air = 8,2 cm


Glendo = 4,2  cm




B
Air = 7,2 cm cm


Glendo = 5,7 cm




C
Air = 7, 3 cm


Glendo =




Kontrol
Air = 8 cm


Glendo = 5.9 cm

Tabel 2. Data Pengamatan Campuran Getah Pepaya dengan Santan Kelapa
Waktu
Botol
Tinggi
48 Jam
A
Air = 6 cm


Glendo = 1 cm


Minyak = 3 cm




B
Air = 6 cm


Glendo = 0,8 cm


Minyak = 3 cm




C
Air = 6 cm


Glendo = 0,9 cm


Minyak = 2,5 cm




Kontrol
Air = 9,2 cm


Glendo = 1,2 cm


Minyak = belum terlihat



72 Jam
A
Air = 6 cm


Glendo = 1 cm


Minyak = 3 cm




B
Air = 6 cm


Glendo = 0,8 cm


Minyak = 3 cm




C
Air = 6,2 cm


Glendo = 1 cm


Minyak = 3 cm




Kontrol
Air = 9,5 cm


Glendo = 1,2 cm


Minyak = 2 cm



96 Jam
A
Air = 6,1 cm


Glendo = 1 cm


Minyak = 3,1 cm




B
Air =  6 cm


Glendo = 0,9 cm


Minyak = 3 cm




C
Air = 6,2 cm


Glendo = 1 cm


Minyak = 3 cm




Kontrol
Air = 9,5 cm


Glendo = 1,2 cm


Minyak = 2 cm

B.     PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengamatan selama satu minggu pada campuran fermipan dan getah pepaya dihasilkan minyak berwarna bening. Selama 24 jam pada campuran fermipan dan santan belum terlihat pemisahan antara glendo dan air. Dalam waktu 48 jam air dan glendo mulai terpisah dimana air terletak di bawah dan glendo terletak di atas air. Pada saat tersebut glendo dan minyak tidak dapat dibedakan karena glendo dan minyak menyatu. Setelah di fermentasikan selama 168 jam dihasilkan minyak berwarna bening. Pada botol A, B, C, dan Kontrol dihasilkan minyak. Minyak di dalam botol tersebut dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes dan di hitung berapa ml minyak yang dihasilkan tiap botol. Apabila glendo dan minyak menyatu dapat dipisahkan dengan menggunakan sentrifuge. Dengan sentrifuge, minyak, air, dan glendo akan memisah. Minyak yang telah dihitung jumlahnya di tutup dan fermentasikan  lagi selama satu minggu. Dan diberi label.
Demikian halnya pada campuran getah pepaya dengan santan. Setelah di fermentasikan selama 168 jam dihasilkan minyak pada masing-masing botol. Minyak yang dihasilkan bening. Pada pengamatan ini, glendo, air dan minyak terpisah secara jelas. Yaitu glendo terletak pada dasar botol, air berada diatas glendo, dan di atas glendo terdapat minyak. Minyak yang dihasilkan dimasukkan kedalam tabung reaksi dan hitung jumlahnya. Stelah dihitung. Ditutup kembali dengan plastik dan di beri label kembali kemudian di fermentasikan selama kurang lebih satu minggu.
Hasil dari fermentasi selanjutnya akan dibandingkan dengan minyak asli, dilihat warna nya, rasa, dan baunya. Kemudian ditentukan persen FFA minyak tersebut.




BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Minyak murni berwarna bening
2.      Pengaruh fermipan dan getah pepaya yang dicampur dengan santan akan menghasilkan minyak. Masing-masing terdiri dari glendo yang mengendap di dasar botol, air dibagian tengah, dan minyak di bagian permukaan.
3.      Minyak yang dihasilkan oleh getah pepaya lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan fermipan. Karena warna pada minyak pepaya lebih bening, dan dapat lebih jelas dibedakan glendo, air, dan minyak.
4.      Apabila minyak dan glendo menyatu dapat dipisahkan dengan menggunakan centrifuge.